Pengembaraan Desember Tradisional XLVI tahun 2017 Rute Tentara Pelajar BE-17. Foto-DKC Kota Yogyakarta
Kita tahu bahwasanya hidup di zaman now dengan berbagai kecanggihan teknologi dan banyaknya budaya-budaya asing yang tak bisa dibendung begitu saja, menjadikan para orang tua akan selalu membuat cara terbaik untuk mengasuh sang anak, memberikannya masukan, serta yang paling tidak mudah bagi seorang yang saat ini menjadi Pelatih Kwartir Cabang Kota, Kak drg. Laelia Dwi Anggraeni, Sp.KGA., MD adalah mendukung anak zaman now masuk Pramuka.
Diakui oleh Kak Lelia yang juga merupakan Andalan Daerah dan Pembina Pramuka di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini bahwa memberikan keyakinan kepada sang anak bahwa Scout is Different Than Else itu perlu berbagai hal yang dilakukan dengan mencontohkan melalui daily experience learning.
Ketika sang anak ditanya tentang Pramuka, jawaban yang didapat adalah bahwa Pramuka is Not famous. She's friend don't like to choose this extra. Namun hal itu bukan lantas menjadikan Kak Laelia yang telah banyak makan asam garam menjadi anggota Pramuka ini menyerah.
Suatu hari, ketika ada 34 anak yang dalam Masa Orientasi Siswa bermalam di rumahnya yang tidak terlalu luas. Ia perhatikan ada dua anak yang membantunya di dapur. Usai acara, terjadilah perbincangan Kak Laelia dengan putrinya, Nasha.
"Siapa temanmu yang bantu Mami di dapur kemarin? Yang lain ngrumpi, kenapa dia bantu Mami?" tanya Kak Laelia.
"Satu namanya Ana (bukan nama sebenarnya) Mi, Dia anak orang tidak punya. Dia kuota khusus," terang Nasha.
"Ya, karena dia anak orang tidak punya, sehingga dia bantu Mami, karena merasa merepotkan Mami," sahut Kak Laelia memberikan jawaban kepada Nasha.
"Lalu satunya siapa?" tanya Kak Laelia yang juga Dosen di UMY ini untuk mengetahui siapa satu teman Nasha lagi yang membantunya.
"Satunya Rika (masih bukan nama sebenarnya), dia anak Penggalang Garuda, binaan Om Memed," jawab Nasha dengan lengkap.
"Yes, you know, Scout is different than else. You know, why Mami support you to joint in Ambalan. It's different. You can learning about life" terang Kak Laelia mengakhiri percakapan.
Percakapan singkat ini menjadi awal dari Nasha termotivasi untuk masuk Pramuka SMA Negeri 3 Yogyakarta, Ambalan Yos Sudarso – Kartini.
Nashapun aktif menjadi salah satu anggota Pramuka yang memulai babak baru dalam sebuah Ambalan Penegak yang tentunya sebagaimana istilah dalam kepramukaan, bahwa kata "Penegak" yang mempunyai kata dasar "tegak" merujuk pada tahap keberhasilan bangsa Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahap tegaknya (berdirinya) negara Indonesia ditandai dengan proklamasi kemerdekaan yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam riwayat kesehatannya, Nasha sempat berjuang melawan virus rubella yang saat itu, sekira 10 bulan yang lalu, ia begitu lemah, terbaring, dan sempat bilang tidak tahan, dan bahkan ingin mati saja. Dengan segala daya dan upaya Kak Laelia bersama keluarga, ia carikan berbagai alternatif untuk kesembuhan Nasha, sampai akhirnya menemukan terapi terbaik, hingga menguras semua tabungannya.
Sekira 2 bulan yang lalu, Nasha meminta izin untuk bisa ikut sebuah kegiatan Pramuka yang diselenggarakan oleh Kwartir Cabang Kota Yogyakarta, Pengembaraan Desember Tradisional XLVI tahun 2017.
"Mami, May I Go to PDT?" tanya Nasha.
Hampir diinjaknya rem mobil kuat-kuat oleh Kak Laelia saking kagetnya, seolah masih belum percaya bahwa anak yang dulu terbaring lemah karena virus rubella ini sekarang akan mengikuti pengembaraan selama lima hari dengan berbagai hal yang dilalui dan itu tidak mudah tentunya.
Namun, ini adalah sebuah proses, di mana karakter itu terus dibentuk dan menjadikannya semakin kuat, kuat jiwanya, kuat raganya.
"Mohon doa, semoga kuat, lancar, dan sehat bersama sangganya. Ambalan Yos Sudarso dan Kartini, di bawah binaan kak Sari dan dan kak Bud," ucap Kak Laelia.
PDT XLVI saat ini tengah berlangsung, kegiatan ini dibuka kemarin oleh Kak Ir. Edi Wahyudi, M.Pd. di Lapangan Detasemen Polisi Militer Angkatan Darat Jl. Magelang KM.5, Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga digunakan sebagai titik keberangkatan para peserta PDT XLVI.
Kemarin, hari kedua PDT, Kak Laelia sempat terhubung sambungan telfon selular dengan Nasha yang tengah mengikuti pengembaraan.
"Sikilmu wis plenyok durung, Kak? (Kakimu sudah capek belum Kak)," tanya Kak Laelia diujung sana.
"Belum Mi, tapi sepatuku basah," jawab Nasha.
"Lho kan ada satunya," tanya Kak Laelia.
"Satunya tak pinjamkan temanku, sepatunya jebol," jawab Nasha.
Alhamdulillah, Skecher baru basah, Reebok baru dipinjamkan teman yang sepatunya jebol. Inilah yang tidak ada di bangku kelas, "empathy and character building". Inilah kelebihan karakter seorang anak Pramuka.
Disarikan dari cerita Kak Laelia.
Boleh dishare ke banyak orang, khususnya orang tua zaman now.
0 Comments